Notification

×

Cegah Pergaulan Bebas Remaja, Puskesmas Silawan Belu Lakukan Sosialisasi Bahaya HIV/AIDS

Kamis, 18 Mei 2023 | Mei 18, 2023 WIB Last Updated 2023-05-17T15:09:10Z
Puskesmas Silawan kecamatan Tasifeto Timur melakukan sosialisasi HIV/AIDS yang bertempat di aula kantor desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (17/5/2023). Foto: Ocep Purek
Atambua, Fakta Line - Dinas Kesehatan Kabupaten Belu dan Pemerintah Desa Silawan melalui Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Puskesmas Silawan kecamatan Tasifeto Timur melakukan sosialisasi HIV/AIDS yang bertempat di aula kantor desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (17/5/2023).


Kepala Desa Silawan Fernandes Kali mengatakan, di Desa Silawan berdasarkan data yang diterima ada masyarakat yang mengalami kasus HIV/AIDS, namun hal ini dirahasiakan nama dan alamatnya mengingat hal ini merupakan privasi seseorang sehingga pemerintah desa tidak membuka informasi mengenai pasien. 


"Kegiatan sosialisasi HIV/AIDS bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat khususnya pada usia remaja mengenai penyakit yang bisa menular hingga pentingnya sebuah pergaulan agar remaja selalu memperhatikan dan selalu waspada dan menghindari hal yang bersifat tidak baik. Pergaulan pada masa pubertas tentu harus dijaga dan orang tua harus bisa mengendalikan pergaulan anaknya agar terhindar dari HIV/AIDS," ujarnya.


Babinsa Koramil 1605-07/Wedomu, Duarte Dos Santos mengatakan, kegiatan ini sebagai bentuk kepedulian terhadap kasus HIV/AIDS dan mengajak masyarakat untuk turut serta mendukung program-program yang bertujuan untuk mengurangi penyebarannya, membangun kesadaran masyarakat, dan mengajak masyarakat untuk terlibat langsung dalam penaggulangan HIV/AIDS.


"Seperti diketahui, AIDS adalah kondisi atau sindrom disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Seseorang yang terkena HIV, belum tentu berada pada kondisi AIDS. Namun jika sudah berada dalam kondisi AIDS berarti telah terjadi kerusakan serius pada sistem kekebalan tubuh," jelasnya.


Kepala UPTD Puskesmas Silawan, Yariften Orias Oematan, Skm mengatakan, HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh.


"Jadi di dalam tubuh kita mempunyai sistem kekebalan untuk pertahanan tubuh dan jika  pertahanan tubuh lemah virus HIV ini bisa masuk menyerang sistem kekebalan tubuh. Sedangkan untuk virus  Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS apabila sudah mengalami penyakit ini tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan," ujarnya.


HIV AIDS, menurut dia adalah kuman yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga manusia yang terinfeksi tidak mampu untuk berbuat apa-apa.


"Ada beberapa faktor penyebab terjadinya risiko HIV/ AIDS adalah orang yang melakukan hubungan intim tanpa kondom, orang sering membuat tato artinya tato bukan hanya untuk menghias tubuh tapi juga berakibat terkena virus, yang ketiga orang yang terkena seksual lain seperti MS infeksi menular seksual lainnya seperti yang terjadi di kita itu raja singa dan raja singa itu salah satu pintu masuk terjadi infeksi penyakit HIV/AIDS. Berikut pengguna narkotika suntik, selama pemantauan kita memang untuk pengguna narkoba suntik itu memang belum ada tapi yang narkoba minum itu ada hisap itu ada," kata Yariften Orias Oematan.


Untuk mencegah HIV/AIDS, berbagai upaya yang bisa dilakukan antara lain yang pertama menggunakan kondom jika berhubungan dengan orang yang beresiko penyakit HIV/AIDS, artinya kondom ini hanya untuk pasangan usia subur untuk menjaga kehamilan dan salah satu faktor untuk melindungi jangan terkena HIV/AIDS. Kedua, hindari berhubungan intim dengan lebih dari satu pasangan sehingga  ditegaskan bahwa harus setia dengan pasangan jadi kalau ada istri harus dengan istri dengan pacar harus dengan pacar tidak boleh dengan yang lain karena kita tidak tahu orang yang kita pergi itu apakah dia sehat atau tidak. Ketiga, bersikap jujur kepada pasangan ketika terkena HIV/AIDS.


"Kebanyakan yang kami tangani itu untuk terbuka dengan kami orang kesehatan saja susah apalagi dengan istri apalagi dengan tetangga itu memang sangat sulit tapi kami dari kesehatan selalu menghimbau untuk orang-orang yang diduga terkena ini kami harus selalu  memberikan edukasi untuk mereka sehingga selalu jujur atau bersikap koperatif sehingga apa yang dialami kita bisa tangani dan yang berikut bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV/AIDS   jadi bagi kita yang laki-laki anak-anak kita juga nanti dianjurkan untuk sunat," jelas Yariften.


Ia menyebut, ada tiga tahap gejala penyakit ini yang pertama tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa tahun artinya orang yang sudah terinfeksi virus HIV/AIDS tidak langsung menimbulkan gejala jadi di dalam tubuh bekerja selama 3 hingga 10 tahun baru timbul gejala. Kedua, pengidap akan mengalami nyeri mirip seperti flu berapa minggu selama 1 hingga 2 bulan lalu  bukan hanya flu tapi diare, diare juga bisa lebih dari 2 minggu setiap hari kalau diare itu cek sudah selama 2 minggu itu pasti sudah terkena virus ini. Ketiga timbul demam, nyeri tenggorokan, pembengkakan kelenjar, getah bening yang di leher yang umumnya tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama bertahun-tahun.


"Tadi dijelaskan bahwa dia tidak akan timbul gejala selama 3 sampai 10 tahun dia akan tidak akan timbul tapi kalau sudah mendekati 10 tahun maka akan muncul dengan sendiri muncul diare, flu dan lainnya. Virus akan terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh  baru mulai muncul ketika penularan infeksi sudah bisa dilakukan pengidap kepada orang lain jadi dia sudah bekerja di dalam tubuh terus kita tidak ada tindakan apapun seperti pengobatan maka dia akan menularkan ke orang lain jika dia berhubungan dengan orang lain," kata Yariften.


"Memang proses untuk terjadinya penularan virus ini ke orang lain faktor terbesar itu memang hubungan seksual paling besar dan untuk jarum suntik mungkin hanya 10%," tambahnya.


HIV/AIDS dapat menular melalui transfusi darah, namu menurut Yariften, yang paling rentan adalah hubungan seksual.


Dia juga mengatakan, kasus baru setiap hari untuk Indonesia itu ada 5.100 orang, setiap hari kasus baru bukan kasus yang sudah ada. 


"Ini kasus baru setiap hari ada 5.100 orang satu Indonesia ini artinya ini sangat banyak ini kalau setiap hari 5.100 orang dan terbanyak adalah ibu rumah tangga," ungkapnya.


Untuk Kabupaten Belu sendiri kasus pengidap HIV dan AIDS sejak tahun 2013 hingga Mei 2022 berjumlah 807 orang dengan rincian jenis kelamin, laki-laki berjumlah 401 orang sedangkan perempuan berjumlah 406 orang. 


Rincian berdasarkan golongan usia terdiri dari usia 50 tahun terdapat 52 orang, usia 25 hingga 49 tahun 562 orang, usia 20 hingga 24 tahun 111 orang, usia 15-19 tahun 24 orang, dan usia 1 hingga 14 tahun ada 24 orang. Sehingga kabupaten Belu masuk dalam urutan kedua setelah kabupaten Kupang dengan kasus HIV/AIDS terbanyak.


"Untuk kondisi ini pertama kali ditemukan di tahun 2008 di rumah sakit umum itu satu orang waktu itu sehingga  berkembang sampai 2017 itu berjumlah 23 orang dan yang meninggal dunia 14 orang dan 3 orang pindah dari desa Silawan sehingga yang ada sekarang 6 orang yang terdeteksi tetapi barang istilahnya seperti fenomena gunung es  yang muncul di permukaan itu sedikit tapi yang tidak muncul itu pasti banyak sehingga kita sama-sama bergandengan tangan untuk kita bisa temukan lebih banyak dari ini sehingga kita menjaga lebih awal daripada mengobati," ujarnya.


Sementara berdasarkan wilayah kerja Puskesmas, urutan pertama kasus HIV dan AIDS tertinggi yakni Puskemas Atambua Selatan (129), Umanen (120), Kota (109), Halilulik (68), Wedomu (56), Weluli (42), Haliwen (36), Ainiba (35), Silawan (6), Haekesak (24), Aululik (18), Laktutus (17), Webora (14), Nualaian (14), Rafae (11), Dilumil (2).

Ocep Purek