Notification

×

Cegah Stunting Pada Anak, Melki Laka Lena Dorong Peran Dalam Keluarga

Minggu, 21 Mei 2023 | Mei 21, 2023 WIB Last Updated 2023-05-21T13:43:34Z

Melki Laka Lena dalam kegiatan kampanye percepatan penurunan stunting bersama mitra Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Nusa Tenggara Timur  (NTT) di Gereja GMIT Imanuel Oehani, Kecamatan Kualin, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Sabtu, (20/5/2023). Foto: Tim Melki Laka Lena

Soe, Fakta Line - Tingginya angka stunting di Indonesia merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Dalam upaya penurunan angka stunting ini, peran keluarga merupakan salah satu hal yang penting. 

Hal ini disampaikan Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena yang akrab disapa Melki Laka Lena dalam kegiatan kampanye percepatan penurunan stunting bersama mitra Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Nusa Tenggara Timur  (NTT) di Gereja GMIT Imanuel Oehani, Kecamatan Kualin, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Sabtu, 20/5/2023.


"Upaya pencegahan stunting itu dimulai dari dalam keluarga. Jadi kalau ada ikan atau daging itu yang bapak-bapak dong tolong kasih ibu yang sedang hamil itu makan duluan, karena bayi yang dia kandungi itu butuh gizi," kata Melki Laka Lena.


Ciri anak stunting, kata Melki Laka Lena kalau dilihat dari kondisi fisiknya, pada umumnya berbadan kecil, pendek, dan kurus. Anak yang menderita stunting menurut Melki, memiliki risiko perkembangan kognitif, motorik, dan verbal yang kurang optimal dan dapat berdampak pada menurunnya kapasitas belajar dan prestasi belajar di sekolah, sering respon lamabat dan telat mikir (telmi).


Melki mengatakan masih banyak orang berpikir mencegah stunting itu setelah bayi dilahirkan, padahal menuruntya persoalan stunting itu diurus atau diantisipasi sejak bayi masih dalam kandungan. Oleh karena itu, Melki Laka Lena menganjurkan kepada masyarakat agar mengurus anak bayi sejak 1000 hari pertama kehidupan untuk mencegah terjadinya stunting.


"1000 hari pertama kehidupan itu dihitung sejak dokter atau bidan dan perawat bilang ini anak sudah satu bulan atau dua bulan," jelas Ketua Golkar NTT ini.


Melki juga menyebut, dalam tahun 2023 ini, Kabupaten TTS mendapatkan anggaran sebesar 127 miliar untuk membangun rumah sakit, pustu, dan fasilitas kesehatan lainnya. Hal ini menurutnya merupakan kolaborasi antara DPR RI dan Kementerian Kesehatan untuk membantu masyarakat TTS agar mendapat pelayanan kesehatan yang baik.


"TTS ditahun ini menjadi salah satu contoh secara nasional, jadi semenjak datang Kemenkes datang di Niki-Niki itu, TTS tahun ini melalui perjuangan kita bersama juga di Jakarta, kita dapatkan anggaran tahun ini  127 miliar," jelas Melki Laka Lena yang juga merupakan Ketua Panja RUU Kesehatan ini.

Foto: Tim Melki Laka Lena
Sementara Kepala BKKBN Provinsi NTT Marianus Mau Kuru mengatakan, dampak dari anak stunting adalah daya berpikir berkurang dan perkembangan sangat lambat secara fisik dan psikologis. Dan jika dibiarkan maka kehidupan anak stunting kedepannya tidak akan bermanfaat untuk orang lain. 


"Dan ketika anak itu besar dia akan obesitas (gemuk) dan hipertensi (darah tinggi), ini dampak dari stunting kalau kita tidak atasi dan persoalan ini harus kita ingat agar kedepannya kita tidak lagi melahirkan anak stunting karena resikonya sangat besar," kata Marianus.


Menurut Marianus untuk percepatan stunting pemerintah hanyalah menjadi fasilitator namun penggerak utamanya adalah masyarakat.


"Kepada bapak ibu masyarakat mari kita sama-sama berbicara tentang stunting karena dari pemerintah bersifat hanya sebagai fasilitator tetapi yang bergerak utama adalah masyarakat, dan kalau masyarakat tidak bergerak maka berbagai usaha dari pemerintah untuk penanganan stunting akan sia-sia dan tidak akan selesai," ungkapnya.


Marianus dalam kesempatan tersebut mengajak semua pihak untuk terus berkoloborasi  dalam percepatan stunting di NTT. 


"Untuk itu mari kita sama-sama gotong royong, berkolaborasi, Kita melakukan konvergensi, antara pemerintah, DPR , masyarakat, tokoh agama dan semua sektor unsur yang ada supaya kita bisa menangani percepatan stunting di NTT. Mudah-mudahan kerja keras kita semua bisa membuat NTT bebas stunting,” jelas Marianus.


Marianus juga menjelaskan angka stunting untuk Kabupaten TTS saat ini sudah turun di  dari 28,3% menjadi 24%.


"Kita mengapresiasi kerja keras pemerintah daerah, bapa ibu sekalian untuk prestasi ini," tutup Marianus. 

Tim