Notification

×

Cepat Redakan Batuk Pilek, Melki Laka Lena Dorong Masyarakat Konsumsi Obat Tradisional

Senin, 15 Mei 2023 | Mei 15, 2023 WIB Last Updated 2023-05-15T08:44:33Z
 Melki Laka Lena saat melakukan kegiatan Sosialisasi Peningkatan Penggunaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Produksi Dalam Negeri bersama Mitra Kemenkes RI di Aula Susteran SSPS kelurahan Belo, Kecamatan Maulafa, Kota kupang, Sabtu, 13 Mei 2023. Foto: Tim Melki Laka Lena
Kupang, Fakta Line - Wakil Ketua komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena mengatakan mengonsumsi mengonsumsi obat-obatan tradisional merupakan bagian dari pengobatan. 


"Bapak ibu yang bangun pagi dan langsung minum air rebusan daun kelor atau makan daun kelor itu bagaian dari pengobatan atau minum temulawak, kunyit dan sebagainya itu juga bagian dari pengobatan," ujar politisi Golkar yang akrab disapa Melki Laka Lena saat melakukan kegiatan Sosialisasi Peningkatan Penggunaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Produksi Dalam Negeri bersama Mitra Kemenkes RI di Aula Susteran SSPS kelurahan Belo, Kecamatan Maulafa, Kota kupang, Sabtu, 13 Mei 2023.


Menurut Ketua Gokar NTT  ini, mengonsumsi obat tradisional seperti temulawak, kunyit, dan jahe memiliki khasiat lebih tinggi.


"Bapak ibu yang sakit batuk, pilek, demam itu saya yakin pasti carinya obat tradisional karena cepat meredakan sakit dan mudah di dapat karena di semua rumah pasti ada," kata Melki Laka Lena. 


Menurut Melki, perputaran nilai dari obat tradisional di Indonesia mencapai 20 Triliun dalam satu tahun. Dia pun mengatakan, kebiasaan masyarakat NTT saat sakit selalu mengonsumsi obat tradisional namun orang yang sekolah dibidang pembuatan obat tradisional ini tidak ada.


"Sayakan sekolah farmasi, sekolah obat ya. Bicara soal obat tradisional ini kami diajarkan tapi bagaimana mengenal obat tradisional yang tumbuh di bumi NTT dan bagaimana kita olah itu tidak diajarkan. Hal ini yang menjadi persoalan, ada yang sekolah menekuni ini sekalipun itu kehendak pribadi," jelas Ketua Panja RUU Kesehatan ini.


Menurut Melki Laka Lena, masyarakat harus bersyukur karena sejak dahulu orangtua sudah mengkonsumsi marungge / kelor. 


"Bersyukur juga pada saat ini pak Gubernur masih mengingatkan kita untuk mengonsumsi kelor. Menyangkut jurusan ini nanti saya akan bicarakan kepada otoritas terkait seperti Poltekes karena mereka punya bidang itu," ujarnya.


Melki Laka Lena juga mengatakan NTT memiliki banyak potensi namun belum memiliki orang yang mampu mengelola potensi ini dengan baik.


"Contohnya dibidang kelautankan bagus ni, tapi kita tidak punya cukup ahli yang sekolah dibidang perikanan untuk mengelola hasil laut ini," ujarnya.


Ketua DPD I Partai Golkar NTT ini mendorong masyarakat agar memahami tugas dari Kemenkes. 


"Kemenkes memiliki tugas memberikan izin edar untuk alat kesehatan dan PKRT (Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga).  Alat kesehatan itu dikuasai dan digunakan oleh tenaga kesehatan atau tenaga medis seperti jarum suntik dan PKRT bisa di gunakan oleh siapa saja. PKRT itu seperti obat nyamuk, hand sanitizer," jelas Melki Laka Lena.


Melki Laka Lena juga mengimbau kepada masyarakat umum untuk memperhatikan produk PKRT yang hendak di beli. 


"Bapak ibu harus memperhatikan produk yang mau di beli. Perhatikan kemasannya itu masih baik atau sudah rusak, cara pakainya dan tanggal kadaluwarsanya. Jika bapak ibu menemukan hal semacam itu, sebaiknya jangan digunakan dan di laporkan ke Dinas Kesehatan setempat atau instansi yang ditugaskan untuk menangani masalah tersebut," anjur Melki Laka Lena.

Foto: Tim Melki Laka Lena
Sementara Direktur Ketahanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI, Roy Himawan, S. Farm, Apt, M.K.M mengatakan perubahan gaya hidup yang terjadi di masyarakat didominasi oleh perilaku hidup tidak sehat dan ini menjadi permasalahan kesehatan yang dihadapi. Oleh karena itu untuk menangani kasus ini Kemenkes membuat sebuah program yaitu gerakan masyarakat hidup sehat (Germas).


Germas menurut Roy Himawan merupakan gerakan nasional yang diharapkan dapat tumbuh sebagai budaya hidup dari masyarakat Indonesia, karena saat ini kondisi penyakit menular yang banyak terjadi di masyarakat membutuhkan obat dan pengobatan.


Sedangkan untuk obat sendiri di Indonesia menurut Roy Himawan, bahan bakunya masih impor dan ada di Rektorat Ketahanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan Direktorat yang tugasnya adalah untuk mengembangkan obat-obat dan alat kesehatan yang diproduksi di dalam negeri.

 

"Kegiatan sosialisasi ini diharapkan mampu meningkatkan penggunaan produk dalam negeri terutama obat dan alat kesehatan sehingga  bisa meningkatkan produksi kita dan kemandirian kita, sehingga pada saat kita terkena penyakit menular atau penyakit lainnya kita tidak lagi tergantung impor bahan baku dari luar negeri," jelas Roy Himawan.

Tim