Notification

×

Jelang Pemilu, BEM UNWIRA Kupang Gelar Seminar Wujudkan Pemilu 2024 yang Aspiratif dan Demokratis

Minggu, 21 Mei 2023 | Mei 21, 2023 WIB Last Updated 2023-05-21T11:07:32Z
Foto: Anggota BEM UNWIRA Kupang
Kupang, Fakta Line - Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Katolik Widya Mandira (UNWIRA) Kupang melaksanakan seminar dengan mengusung tema "Wujudkan Pemilu 2024 yang Aspiratif dan Demokratis". Kegiatan ini dilaksanakan di gedung Rektorat lantai 4, Auditorium St. Paulus UNWIRA pada Sabtu (20/5/2023).


Kegiatan ini dihadiri tiga narasumber yaitu Ketua KPU NTT Thomas Dohu, S.Hut., M.Si, Akademisi Dr. phil. Nobertus Jegalus, MA, Bawaslu NTT Noldi Tadu Hungu, S.Pt. 


Ketua BEM PT UNWIRA Kupang, Oktofianus Beda Paun mengatakan, pentingnya edukasi terhadap mahasiswa tentang pemilu 2024 mendatang. 


Karena menurut dia, mahasiswa merupakan agen intelektual yang akan menjadi generasi penerus. Berkenaan dengan pemilu maka pemuda harus di beri asupan materi yang cukup agar dalam melaksanakan fungsi sebagai pengawas partisipatif dapat terwujud dan berdampak pada pemilu yang aspiratif dan demokratis.


Dalam membuka kegiatan ini, Wakil Rektor Tiga UNWIRA Kupang, Drs. Rodriques Servatius, M.Si mengatakan, menjadi seorang pemimpin itu harus mampu hidup sederhana.


"Oleh karena itu semoga dengan seminar ini kita betul-betul menyukseskan pemilu yang akan mendatang, agar sesuai dengan tema kita pada hari ini yaitu wujudkan pemilu 2024 yang Aspiratif dan Demokratis," ujarnya. 


Kegiatan ini berfokus pada tiga materi yaitu pengawasan pemilu (sejarah, definisi dan pengawasan partisipatif), kompleksitas pemilu di Indonesia dan partisipasi masyarakat dalam pemilu serta tahapan-tahapn pemilu, dan Pemilu, perwujudan kedaulatan rakyat. 


Ketua KPU NTT, Thomas Dohu, dalam presentasinya menjelaskan, Pemilu memberikan kesempatan bagi setiap warga negara yang telah memenuhi syarat untuk berpartisipasi menggunakan hak politiknya untuk memilih pemimpin dan dalam pemilu harus inklusif, artinya semua kelompok masyarakat harus memiliki peluang yang sama untuk berpartisipasi dalam pemilu. 


Selain itu, kata dia, pemilih itu harus diberikan keleluasaan untuk mempertimbangkan dan mendiskusikan alternatif pilihannya dalam suasana bebas, tidak dibawah tekanan dan akses memperoleh informasi yang luas. 


Pada kesempatan yang sama, Mewakili Bawaslu NTT sebagai pembicara kedua, Noldi Tadu Hungu, S.Pt mengatakan dalam rangka mengawal dan mengawasi proses pemilu dan pilkada 2024, Bawaslu perlu dukungan dari semua pihak. 


"Oleh karenanya kerjasama, partisipasi dan koordinasi serta sinergitas dan peran mahasiswa, organisasi masyarakat, jurnalis dan pemangku kepentingan tokoh agama sangat diperlukan," ujarnya.


Sementara Dr. phil. Nobertus Jegalus selaku dosen Filsafat mengatakan, Pemilu bukan sekedar perwujudan Demokrasi kedaulatan rakyat melainkan perwujudan HAM aktif atau hak-hak asasi demokrasi.


Oleh karena itu, kata dia, orang yang tidak memilih, maka sendiri melanggar demokratisnya. Elite politik cenderung memahami Pemilu hanya sebagai prosedur atau mekanisme untuk mendapatkan legitimasi kekuasaan dari rakyat. Karena itu, yang terpenting bagi mereka demokrasi sudah ada bila sudah dilaksanakan Pemilu. 


Menurut Dosen Filsafat itu, Pemilu merupakan simbol demokrasi dalam suatu negara. Oleh karena itu, ia mengatakan, partisipasi masyarakat di dalam negara demokrasi merupakan suatu indikator penting dalam menggambarkan proses demokrasi berjalan dengan baik atau tidak, dalam artian semakin rendahnya tingkat partisipasi pemilih dalam pemilihan umum maka menandakan bahwa proses demokrasi berjalan dengan kurang baik begitupun sebaliknya.


"Oleh sebab itu partisipasi dari setiap kalangan khususnya pemilih pemula sangat diperlukan untuk mendukung terbentuknya sebuah negara demokrasi yang baik," tegasnya.

BEM UNWIRA Kupang