Notification

×

Menemukan Identitas Diri di Tengah Perkembangan Teknologi Modern Dengan Mengembangkan Konsep Brahmacari

Jumat, 23 Juni 2023 | Juni 23, 2023 WIB Last Updated 2023-06-22T17:35:10Z
Stefanus Salis Nule 
Kupang, Fakta Line - Kehidupan manusia sangat bersifat dinamis sehingga manusia dari zaman ke zaman selalu mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia selalu diiringi dengan apa yang disebut sebagai perkembangan intelektual. Manusia berusaha mengembangkan pengetahuan intelktual agar ia mampu menganalisis secara tepat dan secara kritis fenomena-feniomena yang terjadi di dalam kehidupan sekaligus dapat menuntunnya untuk bersikap dan bertindak secara etis. Pengetahuan manusia tentang yang baik akan selalu menuntun dia untuk bersikap dan bertindak secara baik juga ataupun sebaliknya. Oleh karena itu, di tengah perkembangan teknologi modern yang semakin membuat mausia untuk hidup dalam pusaran egoistik, manusia harus dan selalu membutuhkan pengetahuan agar ia mampu mengembangkan kepribadiannya ke arah yang lebih baik. Perkembangan pengetahuan juga dapat menjadi alternatif bagi mausia untuk bisa menemukan eksistensinya di dunia ini atau dengan kata lain, dengan adanya pengetahuan, manusia dapat menemukan identitas dirinya di antara dia yang lain dan dalam realitas-realitas yang lain.


Dalam filsafat India, terdapat suatu konsep yang disebut brahmacari. Secara umum, konsep ini berusaha mengajak umat manusia untuk lebih mengutamakan pengetahuan tentang ketuhanan dan berusaha untuk mengajak manusia agar lebih memfokuskan diri pada ilmu pengetahuan tentang ketuhanan dalam menentukan kehidupan yang akan datang. Istilah ini berasal dari dua kata yaitu brahma (imu pengetahuan suci) dan cari ( bergerak). Oleh karena itu, isitilah ini berarti bergerak dalam kehidupan untuk menuntut ilmu pengetahuan. Isitilah ini juga dikenal dengan Asewaka aguron-guron yang berarti guru membimbing siswanya dengan petunjuk kerohanian untuk memupuk ketajaman otak. Brahmacari merupakan tingkat pertama caturasrama yang harus dilalui oleh manusia dalam perjalanannya (Musman, 2020:116). Konsep brahmacari juga merupakan periode di mana seseorang hidup membujang untuk mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan, sehingga ia mampu menentukan hidup selanjutnya seperti, grhasta yaitu periode hidup berkeluarga di mana tujuannya untuk memperoleh keturunan, wanaprasta yaitu periode seseorang mengakhiri hidupnya dalam periode grhasta, dan yang terakhir adalah biksuka yaitu periode di mana sesorang membebaskan diri dari keterikatan duniawi atau yang disebut sebagai moksa (Hariri, 2023: 20). Dengan memahami konsep brahmacari, kita dapat melihat jika masa depan kita selau ditentukan dari kehidupan kita saat ini dengan menimbah banyak-banyak pengetahuan tentang yang baik dan yang suci. Karena fokus brahmacari adalah ilmu pengetahuan dan lebih khusus lagi tentang ilmu pengetahuan tentang ketuhanan, maka manusia selalu diajak untuk membangun keterarahan kepada yang suci atau yang transenden. Dengan memahami konsep brahmacari seperti yang dijelaskan di atas, kita dapat melihat jika sifat dari konsep ini adalah futuristik sehingga masa depan kita selalu bergantung pada tindakan-tindakan kita saat ini. Ilmu pengetahuan (tentang yang baik/suci) yang dikembangkan saat ini selalu menuntun kita untuk menentukan hidup selanjutnya sekaligus membantu kita menemukan identitas diri di tengah perkembangan dan kemajuan teknologi modern.


Perkembangan teknologi modern telah membawa setiap individu hidup dalam lingkaran egoistik. Manusia berusaha mengembangkan teknologi modern tetapi tidak mempertimbangkan efek-efek yang dihasilkan, sehingga eksistensi semua realitas (manusia, hewan, dan tumbuhan) yang akan datang menjadi terancam. Salah satu dampak kemajuan teknologi modern yang masih sangat membekas dan tercatat dalam sejarah dunia adalah bom atom yang dijatuhkan oleh angkatan bersenjata Amerika Serikat di Hiroshima dan Nagasaki. Sejarah ini ingin mencatat jika perkembangan teknologi yang diusahakan oleh manusia pada dasarnya membuat eksistensi semua ciptaan menjadi terancam. Teknologi yang dirancang oleh manusia tidak lagi dikuasai secara bijak sehingga efek-efek yang dihasilkan selalu memabwa kehidupan pada suatu ketiadaan. Manusia masih sangat terlampau egois untuk menguasai semua ciptaan dan diperparah lagi dengan tidak adanya pertimbangan etis, sehingga tanggung jawab yang dihasilkan adalah tanggung jawab yang bersifat subjektif. Hal ini tentu saja menggambarkan tindakan manusia yang tidak etis dalam mengusahakan kehidupan di masa sekarang dan masa yang akan datang. Manusia tidak mampu memprediksi secara tepat apa yang akan terjadi di kemudian hari jika kemajuan teknologi modern tidak dikendalikan secara bijak. Dengan demikian, kita dapat melihat jika konsep brahmacari sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia dalam mengusahakan kehidupan-kehidupan yang akan datang dengan cara bertindak secara etis.


Dengan melihat persoalan-persoalan yang dihasilkan oleh kemajuan teknologi modern seperti krisis ekologis (kerusakan lingkungan hidup) dan krisis moral (egositik dan pola hidup subjektif), kita dapat menganalisis jika dasar atau akar masalahnya terletak pada kurangnya penegtahuan manusia dalam menganalisis kehidupan-kehidupannya sendiri dan kehidupan semua ciptaan. Konsep Etika Tanggung Jawab Hans Jonas kiranya sejalur dengan konsep brahmacari yang selalu menuntut suatu tindakan etis dengan berusaha mengembangankan pengetahuan akan kehidupan ini. Etika tanggung jawab Jonas sangat bersifat futuristik dan sangat bersifat imperatif. Bunyi imperatifnya demikian: “bertindaklah sedemikian rupa hingga kelestarian kehidupan manusia dan keutuhannya di kemudian hari tidak terancam” (Magnis-Suseno, 2006: 186). Jonas sendiri juga menegaskan jika salah satu akar dari persoalan kehidupan manusia adalah kurangnya pengetahuan dalam bertindak secara etis sehingga dampak dari tindakan manusia yang tidak etis itu membawa bencana bagi kehidupan yang lain. Oleh karena itu, dengan adanya konsep brahmacari, setiap individu dituntut untuk mengembangkan nilai-nilai etis dalam kehidupannya baik secara sosial maupun secara individu.


Konsep brahmacari membawa kita pada suatu kehidupan yang penuh akan kebijaksaaan karena semuanya itu ditempuh dengan mengambangkan pengetahuan-pengetahuan akan yang suci dan apa yang baik bagi kehidupan kita saat ini dan kehidupan banyak orang pada masa yang akan datang. Kita semua diajak untuk mengembangkan potensi-potensi dalam diri akan sesuatu yang baik/suci dengan pengetahuan-pengetahuan yang tinggi sehingga kita dapat menemukan identitas kita yang sebenarnya. Siapa saya bagi diri saya sendiri dan siapa saya bagi orang lain? Sekiranya dengan perkembangan teknologi yang ada pada saat ini, kita semua mampu bertindak secara etis dengan mengembangakan pengetahuan-penegtahuan akan yang baik bagi diri kita dan terutama bagi semua ciptaan.    

Penulis: Stefanus Salis Nule Mahasiswa Semester VIII Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira-Kupang