Notification

×

Cegah Stunting, Melki Laka Lena Minta Semua Pihak untuk Terlibat

Sabtu, 25 Mei 2024 | Mei 25, 2024 WIB Last Updated 2024-05-25T04:13:00Z
Foto: Tim Melki Laka Lena
Kupang, Fakta Line - Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena bersama mitra kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) melaksanakan Kampanye Percepatan Penurunan Stunting Tingkat Kabupaten/Kota di aula serba guna GSG Gereja Paulus, Kota Kupang, pada Jumat, (24/5/2024).


Stunting adalah masalah kita semua, tidak masalah satu orang saja. Untuk itu dalam menyelesaikan masalah stunting ini, harus kita laksanakan secara kolaboratif, konvergen, bersama-sama


Melki Laka Lena sapaan akrabnya dalam kesempatan ini mengatakan Stunting adalah masalah kita semua, tidak masalah satu orang saja. Untuk itu dalam menyelesaikan masalah stunting ini, harus kita laksanakan secara kolaboratif, konvergen, bersama-sama. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan. 


"Seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK) merupakan masa awal kehidupan saat terbentuk janin di dalam kandungan (270 hari) hingga dua tahun pertama kehidupan (730 hari) yang biasa disebut dengan golden period. Saat di dalam kandungan, organ-organ penting seperti otak, jantung, hati, ginjal, paru-paru, tulang mulai terbentuk dan berkembang dilanjutkan masa dua tahun setelah kelahiran, anak mulai beradaptasi dengan lingkungannya serta merupakan puncak perkembangan fungsi kognitif anak," jelas Melki.


Menurut Melki, Masa 1000 HPK sangat penting karena pada masa itu kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak sangat pesat dan riskan sehingga berdampak terhadap kualitas dan kesehatan generasi pada masa yang akan datang. Pada masa 1000 HPK asupan gizi perlu diperhatikan mulai dari calon pengantin, calon ibu, janin hingga anak. 


"Apabila asupan gizinya kurang maka berpotensi menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak, contohnya timbul penyakit tidak menular, pertumbuhan kognitif terhambat sehingga kurang cerdas dan kompetitif, gangguan pertumbuhan tinggi badan sehingga beresiko pendek bahkan stunting. Selama masa kehamilan, ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, mengonsumsi tablet tambah darah (TTD), mendapatkan informasi yang lengkap tentang ASI dan manfaatnya, perawatan bayi, menyiapkan makanan pendamping ASI, imunisasi" ungkap Melki.


Perwakilan BKKBN Provinsi NTT, dr. Mauliwaty Bulo M. Si menjelaskan Stunting bukan  penyakit tapi suatu kondisi gagal tumbuh karena kurangnya pola pengasuhan yang baik.


"Penyebab stunting adalah kurangnya Asupan gizi dan status kesehatan seperti Ketahanan pangan, meliputi ketersediaan, keterjangkauan dan akses pangan bergizi, Lingkungan sosial seperti Norma, makanan bayi dan anak, hygiene, pendidikan, dan tempat kerja, Lingkungan kesehatan: Akses, pelayanan preventif dan kuratif, Lingkungan pemukiman: Air, sanitasi, kondisi bangunan. Penyebab tidak langsung: Pendapatan dan kesenjangan ekonomi, perdagangan urbanisasi, globalisasi, sistem pangan, jaminan sosial, sistem kesehatan, pembangunan pertanian, dan pemberdayaan perempuan," jelas dr. Mauliwaty.


Lanjut Dokter mauliwaty, peran terhadap stunting, BKKBN memiliki program Bangga Kencana dengan fokus pada kegiatan Pendampingan bagi Catin oleh Tim Pendamping Keluarga (Aplikasi ELSIMIL), Kampanye HINDARI 4 TERLALU (Muda, Tua, Banyak, Dekat), pendampingan terhadap Ibu Hamil untuk memperoleh ANC, KIE KB PP, KIE dan Pelayanan KB bagi pasangan usia subur muda untuk mengatur jarak kehamilan dan jumlah anak.


Sementara itu, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Kupang, Drg. Fransisca J.H Ikasasi, mengatakan peran pemerintah dan keluarga sangat penting untuk memberikan edukasi tentang pentingnya melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)


"Pemberian pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera setelah lahir ASI Eksklusif selama enam bulan dan Melanjutkan menyusui sampai usia dua tahun atau lebih, pemberian Makanan Pendamping ASI yang cukup dan sesuai umur anak. Layanan kesehatan yang baik seperti: posyandu dan imunisasi," ungkap Drg. Fransisca.