Notification

×

Melki Laka Lena Gencarkan Sosialisasi Cegah Stunting di NTT, Fokus pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan

Kamis, 12 September 2024 | September 12, 2024 WIB Last Updated 2024-09-17T07:38:05Z
Foto: dok Tim Melki Laka Lena
Bajawa, Fakta Line - Dalam rangka mencegah dan menurunkan angka stunting, Pemerintah melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggelar Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana Bersama Mitra Kerja Komisi IX DPR RI di Kemah Tabor Mataloko, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, Rabu (11/9/2024). 


Kegiatan ini dihadiri Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Emanuel Melkiades Laka Lena secara virtual, Kepala Dinas P2KB Kabupaten Ngada, Agustinus Naru dan Perwakilan BKKBN Prov NTT Theodorus Mario De Robert.


Dalam kesempatan tersebut, Melki Laka Lena, sapaan akrab Emanuel Melkiades Laka Lena yang memberikan materi secara virtual mengatakan bahwa kegiatan sosialisasi ini sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya dan penyebab dari stunting.


Dikatakannya juga bahwa stunting merupakan faktor penyebab terhambatnya upaya untuk mewujudkan SDM yang unggul.

 
“Stunting yang terjadi pada masa anak, selain menghambat pertumbuhan, juga mempengaruhi kemampuan kognitif dan perkembangan motorik, bahkan mempengaruhi kesehatannya ketika masa dewasa,” jelasnya.


Oleh karena itu, Melki mengajak para orang tua untuk ikut aktif dan terus memantau perkembangan anak dalam upaya mencegah dan mengatasi permasalahan-permasalahan stunting.

 
“Yang perlu diketahui bahwa aspek fisik, orang kalau pendek tapi cerdas, itu belum tentu stunting. Tetapi, orang stunting sudah pasti pendek, jika sudah terganggu kognitifnya kita akan sulit mencapai generasi emas 2045,” tuturnya.
 

Lebih lanjut, Melki mengatakan bahwa dalam mewujudkan pembangunan nasional perlu kerjasama antara masyarakat dan pemerintah.


Menurutnya, prioritas pembangunan nasional tidak hanya pembangunan infrastruktur saja, tetapi juga pembangunan SDM yang berkualitas sejak dini. Di akhir pesannya, Melki mengajak masyarakat untuk mengikuti program Keluarga Berencana (KB) sangat bermanfaat. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh diantaranya meningkatkan kualitas keluarga, menyelamatkan kehidupan perempuan, mencegah anemia, dan pendarahan saat persalinan.
 
Selain itu, KB juga dapat meningkatkan keharmonisan keluarga, dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak dan mengurangi resiko kematian bayi.
 

“Saya berpesan bagi pasangan yang melaksanakan program hamil dilarang mengkonsumsi rokok,” pungkasnya.


Theodorus Mario De Robert, Pemateri dari BKKBN Provinsi NTT, dalam kesempatan itu menerangkan tentang cara mengantisipasi stunting dan menurunkan stunting dengan cepat.


“Salah satu cara penanganan Stunting adalah para orang tua supaya melakukan pendampingan bagi para calon pasangan pengantin. Para orang tua harus selalu memantau perkembangan kesehatan calon pengantin dan pertumbuhan anak-anak balita,” jelasnya.


Theodorus juga menyampaikan supaya semua pihak terkait untuk terlibat mempercepat penanganan stunting, dengan memanfaatkan pada pola triple heliks, dan mendirikan dapur umum di kampung-kampung KB, terutama di wilayah yang memiliki angka stunting tinggi.


Dengan program 1.000 Mitra untuk 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), BKKBN melakukan edukasi untuk meningkatkan kapasitas tim percepatan penurunan stunting. Selain itu, program ini juga memanfaatkan makanan berbasis kearifan lokal di dapur sehat untuk mengatasi stunting.


Kepala Dinas P2KB Kabupaten Ngada, Agustinus Naru, menyatakan harapannya agar para peserta yang hadir dapat menjadi agen perubahan di masyarakat, dengan menyebarluaskan informasi mengenai langkah-langkah yang perlu diambil untuk mencegah dan menurunkan angka stunting.


“Pencegahan dan penurunan stunting membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, mitra kerja, tokoh agama, pemuda, dan masyarakat umum. Setiap pihak harus memainkan perannya secara aktif,” ujar Agustinus.


Ia juga menjelaskan bahwa upaya penurunan stunting dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu intervensi spesifik dan intervensi sensitif. Intervensi spesifik fokus pada penyebab langsung, seperti pemberian makanan tambahan, tablet tambah darah untuk ibu dan remaja, serta penimbangan berat badan secara berkala dan lain - lain, yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan. Sementara itu, intervensi sensitif bertujuan untuk mengatasi penyebab tidak langsung dan melibatkan berbagai mitra kerja, dinas terkait, termasuk Dinas P2KB.


"Dinas P2KB banyak berperan dalam intervensi sensitif, seperti memberikan pendampingan kepada remaja untuk mencegah kehamilan di usia dini dan pendampingan selama 1000 hari pertama kehidupan, mulai dari masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun," kata Agustinus.


Tidak hanya itu, Agustinus menekankan pentingnya peran gereja dalam program penurunan stunting, terutama dalam mempersiapkan pasangan yang hendak menikah. Gereja memberikan edukasi tentang perencanaan keluarga, termasuk pentingnya program Keluarga Berencana (KB) untuk menghindari kehamilan yang terlalu dekat jaraknya.


"Keterlibatan gereja bahkan hingga tingkat Komunitas Umat Basis (KUB) dengan program ‘KUB Peduli Ibu Hamil’ yang memberikan pendampingan bagi calon pengantin dan keluarga muda. Gereja telah berperan besar dalam membantu masyarakat memahami pentingnya perencanaan keluarga yang baik," jelasnya.


Sementara itu hasil evaluasi Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Ngada tahun 2024 menunjukkan keberhasilan intervensi yang dilakukan dalam menekan prevalensi stunting hingga angka 8,3 persen. Dengan kolaborasi berbagai pihak, diharapkan angka stunting di Kabupaten Ngada dapat terus menurun, demi mewujudkan generasi masa depan yang sehat dan berkualitas. (*)