Notification

×

Tekan Stunting, Melki Laka Lena Kolaborasi dengan BKKBN di Nagekeo: Prevalensi Turun Signifikan dalam 5 Tahun

Kamis, 12 September 2024 | September 12, 2024 WIB Last Updated 2024-09-17T08:59:55Z
Foto: dok Tim Melki Laka Lena
Mbai, Fakta Line - Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Emanuel Melkiades Laka Lena bersama mitra kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggelar Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana di Kelurahan Natanage, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, Rabu (11/9/2024).


Dalam Kegiatan ini Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Emanuel Melkiades Laka Lena hadir secara virtual. Kegiatan ini juga dihadiri Kepala Dinas DP2KB Kabupaten Nagekeo Maksimillianus Wilfridus Betul dan Perwakilan BKKBN Provinsi NTT Eduardus Johanes Sahogun


Dalam kesempatan tersebut, Melki Laka Lena, sapaan akrab Emanuel Melkiades Laka Lena yang memberikan materi secara virtual mengatakan stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak. Gangguan itu menurutnya seperti tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.


Politisi Golkar ini menyebut, terdapat tiga hal yang harus diperhatikan untuk mencegah stunting yakni perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, perbaikan sanitasi dan akses air bersih.


"Kita lihat bersama bahwa masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi dan seringkali tidak beragam, juga dipengaruhi oleh pola asuh yang kurang baik terutama pada aspek perilaku, terutama pada pemberian makan bagi bayi dan Balita," cetus Melki.


Di sisi lain, tambah Melki, stunting juga dipengaruhi dengan rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya adalah akses sanitasi dan air bersih. Ditekankannya, asupan gizi seimbang pada ibu hamil dan balita diperlukan dalam mencegah malnutrisi dan stunting pada anak.


Yang disebut Melki, gizi yang baik adalah pondasi bagi anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Selain itu, Ketua DPD I Golkar NTT juga menjelaskan, pelaksanaan kampanye hari ini merupakan juga amanat dari Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021.


Sebagaimana berbunyi, BKKBN sebagai mitra Komisi IX ditunjuk sebagai ketua pelaksana program percepatan penurunan stunting melalui pelaksanaan RAN PASTI.


"Sehingga, BKKBN juga didorong membuat program inovatif untuk menurunkan stunting sampai 10,4 persen sebagai upaya pemenuhan target penurunan," pungkas Melki.


Sementara itu, Pemateri dari Perwakilan BKKBN Provinsi NTT Eduardus Johanes Sahogun mengatakan, kiat-kiat untuk mencegah agar anak tidak mengalami stunting dimulai dari 1.000 hari pertama kehidupan sejak anak masih dalam kandungan ibu.


Karena dikatakan Eduardus, kehidupan bayi dihitung sejak dalam kandungan. Maka, asupan gizi untuk bayi sangat penting dan harus menjadi prioritas utama dalam keluarga, untuk memberikan asupan gizi, stimulasi, pola pengasuhan, serta perawatan kesehatan.


Tentu dalam realisasinya bukan semata-semata dilakukan sendiri, tetapi harus ada tim pendamping keluarga yang tugasnya untuk menjaga dan memperhatikan anggota keluarga agar anak tidak beresiko mengalami stunting.


"Kita bisa mencegah resiko anak mengalami stunting mulai dari masa pengantin. Di masa ini harus ada pengawasan ekstra dari keluarga maupun tim pendamping keluarga agar bisa mengedukasi dan memberikan informasi, pengalaman, serta pengaturan agar pengantin bisa rutin melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum memulai kehidupan rumah tangga yang sebenarnya," tutup Eduardus.


Kepala Dinas DP2KB Kabupaten Nagekeo Maksimillianus Wilfridus Betul dalam kesempatan tersebut mengatakan Kabupaten Nagekeo Provinsi NTT telah menurunkan prevalensi stunting secara tajam dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.


Menurutnya, pada tahun 2018, prevalensi stunting daerah ini berada di angka 36,93 persen, hingga tahun 2023 tersisa 6,87 persen atau telah mengalami penurunan cukup signifikan sebesar 30,06 persen.


Menurut Maksimillianus, persentase bayi gagal tumbuh di Nagekeo telah ditekan hingga di bawah angka rata-rata provinsi maupun nasional. 


Ia juga menjelaskan stunting dapat menyebabkan generasi yang hilang (lost generation). Ini adalah kondisi di mana suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang tidak berkualitas, yang dapat menyebabkan kemunduran disegala bidang dan pada akhirnya dapat menghambat kemajuan sosial dan ekonomi.


Oleh karena itu, pencegahan dan penanganan stunting merupakan langkah cerdas dalam rangka memastikan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak dan bangsa secara keseluruhan. (*)